Sustainability

Local Engagement
BToC merupakan hasil karya masyarakat di Kawasan Candi Borobudur karena mengangkat kearifan dan pengetahuan lokal (Indigenous Knowledge) yang telah berlangsung ratusan tahun lamanya. Tradisi, kepercayaan, dan praktik-praktik yang berkembang di masyarakat Borobudur dikembangkan secara kolaboratif agar menjadi inti dari aktivitas wisata diBToC.

Managing Visitor Numbers
Pengembangan masing-masing jalur di BToC dibarengi dengan penetapan daya dukung lingkungan (carrying capacity). Melalui diskusi bersama masyarakat lokal, ditetapkan pembatasan jumlah wisatawan yang berkunjung di setiap jalur agar resiko terjadinya perubahan terhadap keaslian lingkungan dapat diminimalisir

Pada setiap jalur BToC, masyarakat lokal didorong untuk terlibat dan memanfaatkan peluang ekonomi yang ada. Tidak kurang dari 30 ibu-ibu rumah tangga dilatih untuk menyiapkan hidangan dan kudapan bagi para pengunjung BToC, dengan harapan agar mereka mendapatkan tambahan pendapatan dari aktivitas wisata. Beberapa sanggar tari juga dilibatkan dan diberikan imbalan setelah menampilkan tarian “Sudhana-Manohara” bagi pengunjung, serta masih banyak lagi contoh lainnya.  

Saat menikmati pengalaman yang ditawarkan oleh BToC, pengunjung akan didampingi oleh pemandu lokal yang telah dilatih, untuk menceritakan keterkaitan antara aktivitas yang dilakukan dengan relief-relief di Candi Borobudur. Tidak kurang dari 30 pemandu lokal dari 16 desa telah mendapatkan banyak pelatihan mengenai narasi dan penceritaan relief Candi Borobudur, sebagai bentuk memperkuat site interpretation.

Beberapa jalur di BToC akan menawarkan penggunaan transportasi lokal yaitu delman/andong. Selain untuk memberikan pengalaman yang otentik, penggunaan delman/andong juga ditunjukan untuk menjawab isu ketersediaan low impact transportation.